Dedongengan #1

Hamburg hauptbanhoff sore itu …
Nampak padat. Jam pulang kerja rupanya. Kulihat jam, “Ah, masih jam 4 kurang.” gumamku. Mungkin gara-gara summer holiday.

“Nka, jadi gak kita ambil kereta yang lebih awal ke Berlin?” tanya Rinda

“Hmmm … I think so. Dari pada kemaleman sampe hotel, kak.” jawab Marinka.

“Tapi reservasi kita?”

“Tenang aja, kak. Pokoknya udah ada tiket keretanya ini. Aman.”

“Ada nih yang jam 16:20. Tapi kok sepertinya ada trouble ya?” ujar mas Bagus, suami Marinda, sambil utak-atik smartphone koreanya yang sudah dianggap seperti dewa saking akuratnya.

“Nanya ke information deh, Pah!”

“Ngapain?? Info dari apps nya Deutsche Bahn ini udah akurat!!”

Pemandangan seperti ini yang sudah rutin dilihat dan didengarkannya selama liburan ini. Kakak iparnya yang sangat technology freak versus kakaknya yang bisa dibilang gaptek. Marinka hanya bisa mengelus dada sambil geleng-geleng, “Anak udah gede-gede, berantemnya ngalah-ngalahin anak SD aja.”. Ia berlalu ke information desk tanpa mengindahkan sejoli yang masih berdebat seru masalah jadwal kereta itu.

Hi, I’m going to Berlin, just checking apa bisa ikut kereta yang earlier dari jam 19:00″

Sure, tapi semua kereta ke Berlin harus lewat Hannover dulu karena terjadi gangguan di jalur kereta karena badai. Langsung saja ke gleiss 7, Miss.” Ujar si mas ganteng penjaga information center sambil memberikan print out jalur kereta dari Hamburg ke Hannover dan jalur dari Hannover ke Berlin. Perfect!

Ohhh … Ternyata ini toh trouble seperti yang muncul di layar mas Bagus. Dan merekapun masih asyik saling debat entah tentang apa, nampak dari wajahnya yang agak tegang.

“Hey, hey, hey … Sudah sudah … Ada badai, jadi kereta kudu lewat Hannover dulu.”
“Tau dari mana?” tanya Mas Bagus seperti tidak percaya.
“Ya nanya information lahhh … Ada 16:20, tapi we need to be hurry. Siap-siap berdiri juga di atas kereta heheeh …”
“Papah sih dikasi tau ga percaya, kalau ga nanya gimana?”
Yahhh … apa juga bisa dijadiin bahan buat berantem.
Enough!! Yukkk buruan …”
Entah mengapa, dua orang sejoli in their 40s cukup menurut saat adiknya yang lajang lapuk sudah bertitah.

Tapi Marinka cukup berbangga hati, bisa merubah hidup kakak-kakaknya ini yang biasa berlibur dengan aman dan nyaman menjadi mengikuti gayanya yang agak koboi. Ngebayangin mereka yang biasa diantar jemput dari KBRI dengan jadwal yang terencana harus mengikuti gayanya yang naik turun metro, bus, tram, bawa peta ke mana-mana, bawa-bawa ransel sambil jinjing belanjaan. Dasar Marinka sukses ngerjain mereka.

“Pfiuhhh … Untung masih ada kursi kosong. Pas tiga lagi.” Ujar Marinda.

“Kamu duduk dulu, deh … Aku bantuin mas Bagus naik-naikin barang dulu.” Sebetulnya agak kasihan juga lihat kakak cewek satu-satunya ini, tapi sudahlah …

Marinka hanya ingin menikmati kemewahan duduk ini sambil memasang lagu dari iPhonenya dan tertidur. Hannover masih 1,5 jam lagi.